Ketika saya kecil saya suka sekali menonton film Little House On The Prairie. Menurut saya ceritanya bagus dan pas sekali dengan imajinasi saya sebagai anak-anak. Atau kisah boneka Si Unyil karya anak bangsa sendiri. Itu juga cukup mengibur dan merupakan acara yang saya tunggu-tunggu setiap Minggu pagi. Namun coba tengok ragam acara TV sekarang? Penuh dengan gosip-gosip perceraian artis, berita kekerasan, atau sinetron-sinetron yang terlalu banyak menjual mimpi. Tengok pula tingkah polah anak-anak sekarang yang lebih hafal lagu-lagu dewasa macam Peterpan, Radja, Samsons, Ratu, dan sejenisnya ketimbang lagu-lagu khusus anak-anak karya Ibu Sud, Pak Kasur, atau AT Mahmud. Semua itu benar-benar membuat para orang tua menjadi prihatin.
Keprihatinan para orang tua akhirnya membuat mereka mengambil berbagai macam langkah pengamanan untuk anak-anak. Ada yang melarang anak menonton acara TV. Ada pula yang sekedar membatasi lamanya menonton. Bahkan ada yang memilihkan tayangan TV kabel tertentu saja. Melihat kenyataan seperti itu, saya jadi bertanya-tanya? Begitu banyaknya rumah produksi yang membuat berbagai macam sinetron yang laris manis dan menguntungkan. Kenapa tidak ada satupun dari mereka yang tergerak untuk membuat sesuatu yang sedikit saja idealis: demi kepentingan pendidikan anak-anak?
Sebenarnya, menonton acara TV bukanlah suatu kegiatan yang buruk. Asal, ya itu tadi, acara yang ditonton sesuai dengan pertumbuhan anak-anak. Kalau anak hanya diwajibkan belajar dan belajar terus juga tidak baik. Masa anak-anak juga harus diisi dengan aneka kegiatan yang menghibur. Salah satunya, menonton acara TV yang beredukasi. Ah...saya jadi rindu masa-masa menonton Si Unyil dan Little House On The Prairie. Atau berdendang menyanyikan lagu Kulihat awan seputih kapas, arak berarak di langit luas, andai kudapat kesana terbang, akan kuraih kubawa pulang...
No comments:
Post a Comment